Mahasiswa Indonesia atau Mahasiswa Luar Negri, Kebiasaan Yang Berbeda

Mahasiswa umumnya adalah anak-anak muda yang sudah belajar di tingkat universitas. Yang katanya, mereka adalah kaum yang terpelajar (intelektual), berkreativitas tinggi, mahluk yang cepat merespon dengan adanya perubahan, bertata krama dan sudah pastinya berpendidikan. But, apakah semua mahasiswa itu sama alias seperti deskripsi diatas ? Wow, pertanyanyaan yang membuat sebagian orang bahkan mahasiswa merasa risih karena tersentuh perasaannya dengan cara yang halus ... hehe ...
Apakah ada bedanya pengaruh budaya, sosial, lingkungan terhadap perilaku anak-anak universitas dengan status ke-Mahasiswaan-nya ? Bagaimana si sebenarnya keadaan mahasiswa, khususnya di Indonesia, apakah baik-baik saja? Kalau generasi muda mahasiswa negri ini kita compare dengan generasi bangsa lain apakah masih terlihat baik ? Let check out !!!
  • Budaya Membaca
Budaya membaca mahasiswa di Indonesia itu wow, super jauh dari mahasiswa di luar sana. Mahasiswa di luar negri rata-rata rajin membaca buku bahkan 1 minggu bisa mencapai 2 buku. Prinsipnya, kalau mau pandai dan bisa sarjana ya setidaknya mengetahui banyak buku. Well.... kalau di Indonesia mau jadi sarjana tidak perlu baca buku pun bisa. :)
  • Path, Instagram and Twitter? What kind of? Is it food ???
Mahasiswa di luar negri sangat jarang mengetahui apa itu Path, Instagram atau medsos lainnya, yang hampir semua mahasiswa di Indonesia merasa tidak PD jika tidak mempunyai akun-akun medsos. Buat mereka terlalu buang-buang waktu untuk mengetahui apa yang orang lain lakukan. Itu juga yang membuat mereka banyak memiliki waktu membaca buku dan berdiskusi mengenai aliran pemikiran mereka terkait dengan berbagai topik. Hal ini lebih terkait ke budaya mereka yang terkesan individual, ada plus dan minusnya juga.
  • Kerja part time, gengsikan mereka ?
Sebagian mahasiswa di Indonesia itu gengsinya wow banget lo. Tidak mau kerja ini, tidak yang itu pokonya harus ini dan itu. :) Di luar negri, kebanyakan mahasiswa bekerja secara part time dan tidak pilih-pilih, juga tidak ada penilaian dari mahasiswa lain dari pekerjaannya. Mulai dari pelayan, kasir Dept Store, pegawai pom bensin, dan lainnya. yang waktunya mereka bagi dengan waktu perkuliahan. Kerja tidak membuat mereka gengsi, buat mereka gengsi itu jika masih meminta uang sama orang tuanya.
  • Sebagian besar kampus tidak ada absensi
Bisa membayangkan jika kampus-kampus di Indonesia tidak memakai absensi ? Wow... Apakah kelasnya masih tersisa manusia yang mau belajar ya... hehehe... Beberapa kampus di luar negri tidak memakai absensi lo guys. Ini karena mahasiswa disana sudah sangat sadar dengan pentingnya belajar. Jadi, tidak ada absensi pun mereka tetap datang ke kampus.
Yang penting akumulasi dan hasil ujiannya bagus, itu sudah bisa naik ke semester berikutnya. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehadiran, benar-benar pola pikir yang sudah modern ya guys and tentunya patut untuk di contoh.
  • Kemampuan nomor 1, penampilan masalah gampang
Yang dimaksudkan disini adalah mengenai prioritas keuangan ya guys, kebanyakan dari mahasiswa di luar negri lebih mempriotaskan pemanfaatan keuangan mereka untuk keperluan kuliah, nah setelah kebutuhan kuliah sudah kelar baru memenuhi kebutuhan lainnya. Berbeda dengan di Indonesia ya guys... belum kelar masalah kuliah sudah mikirin "Besok jalan-jalan kemana ya?". Kalau di compare dengan gaya hidup di Indonesia, sebagian besar lebih mengutamakan belanja ini dan itu, untuk sekedar mengikuti perkembangan trend hidup. Beli handphone or gatget, it's so easy but for books ? pasti mikir-mikir dulu.
  • Tetap ke kampus meskipun dosennya ghaib (tidak ada)
Jangan samakan dengan dosen ghaib yang kemaren tenar ya guys... hehe... Mahasiswa luar negri sangat concern dengan study mereka. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tugas dan budaya belajar di perpustakaan serta persaingan yang sangat ketat. Oleh karena itu, walaupun tidak ada jadwal untuk kuliah mereka berangkat ke kampus. Kalau mahasiswa di Indonesia bagaimana ? Dosennya ada aja masih tidak berangkat... hehehe...
  • Party at the time, Study in the moment
Pada saat belajar ya belajar. Pada saat party ya party. Ini merupakan salah satu budaya mahasiswa luar negri khususnya negara maju. Mereka tetap party, namun kuliah tetap menjadi prioritas utama mereka. Intinya semua dilakukan sesuai dengan waktunya. Bukan karena mengikuti trend hidup pergi kesana-kesini tapi kuliah nol besar.

Melihat dan mengadopsi budaya orang lain, selama itu positif kenapa tidak ? Segera buat perubahan, utamanya buat diri sendiri. Dan pastiny nanti akan berdampak pada orang lain juga. Jika hal itu sudah dilakukan bersama-sama maka dampak yang positif akan menjadi hal yang luar biasa bagi bangsa ini. Miris sekali jika mind set mahasiswanya masih itu-itu saja. 
Semoga saja bermanfaat guys... Selamat belajar dan menempuh jalan baru di perkuliahan.... :)
Ahmad Istakim

Alumni dari jurusan Manajemen Informatika di Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ ) Wonosobo. Tertarik dalam bidang pendidikan, teknologi komputasi dan disiplin ilmu keislaman ( Tafsir, Hadits, Arudl, Nahwu-Sharaf, Fiqh maupun Aqidah ) - https://s.id/blog-islamQ. Pernah juga mengenyam pendidikan di beberapa pesantren yang ada di Kab. Wonosobo dan Kab. Purworejo

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama